Friday, February 28, 2020

PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN “SEBUAH ANALISIS AYAT-AYAT PENDDIKAN DAN KEBAHASAAN”


PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN 
“SEBUAH ANALISIS AYAT-AYAT PENDDIKAN DAN KEBAHASAAN”

Dr. Ibnu Rawandhy N. Hula, S.S., M.A

ABSTRAK

Penulisan ini bertujuan untuk menjelaskan tentang tafsir ayat kepemimpinan dalam al-Quran tinjauan tafsir maudhui. Hasil penulisan ini ialah terdapatnya beberapa ayat-ayat yang membahas tentang kepemimpinan yang terdapat dalam AL-Quran yang ditafsir secara maudhui atau secra tematik.
Apabila dikaitkan dengan studi Al-Quran. Istilah kepemimpinan sangat banyak diantaranya adalah malik,  khalifah, ulil amri, dan masih banyak lagi. Di dalam Al-Quran menjelaskan istilah kepemimpinan yang biasanya dapat diartikan secara konseptual. Banyak para mufassir yang menerangkan tentang ayat-ayat kepemimpinan di dalam Al-Quran melalui tafsir-tafsir.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang memiliki sifat yang lebih dari anggota-anggotanya dan biasanya memiliki ciri yang khas dalam kepemimpinannya tersebut. Dalam hal ini sangat berkaitan dengan bagaimana cara seorang pemimpin tersebut memimpin suatu organisasi baik berupa organisasi formal maupun non formal. Seorang pemimpin harus memiliki  power atau kekuatan di dalam suatu organisasi sehingga ia dapat memegang kekuasaan.
Dengan beragamnya istilah kepemimpinan tersebut dalam penulisan ini akan membahas tentang ayat-ayat kepemimpinan tinjauan tafsir maudhui. Dalam penulisan ini ada beberapa ayat Al-Quran yang membahas tentang kepemimpinan yang disertai dengan tafsir dan gaya bahasanya.

Kata kunci : kepemimpinan


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Ayat dan Terjemahannya
Salah satu ayat al-qur’an tentang kepemimpinan adalah QS ali-imran ayat 26 :
È@è% ¢Oßg¯=9$# y7Î=»tB Å7ù=ßJø9$# ÎA÷sè? šù=ßJø9$# `tB âä!$t±n@ äíÍ\s?ur šù=ßJø9$# `£JÏB âä!$t±n@ Ïèè?ur `tB âä!$t±n@ AÉè?ur `tB âä!$t±n@ ( x8ÏuŠÎ/ çŽöyø9$# ( y7¨RÎ) 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇËÏÈ  
26. Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.


B.     Munasabah (Ayat‑ayat Yang  berkenaan dengan kepemimpinan)
1.      QS. Al-Anbiyah [23] : 73
öNßg»uZù=yèy_ur Zp£Jͬr& šcrßöku $tR̍øBr'Î/ !$uZøŠym÷rr&ur öNÎgøs9Î) Ÿ@÷èÏù ÏNºuŽöyø9$# uQ$s%Î)ur Ío4qn=¢Á9$# uä!$tFƒÎ)ur Ío4qŸ2¨9$# ( (#qçR%x.ur $oYs9 tûïÏÎ7»tã ÇÐÌÈ  
73. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah.
            Ayat ini berbicara tentang sosok pemimpin ideal yang akan memberikan dampak positif dalam kehidupan rakyat secara keseluruhan, sepeti yang ada pada diri para nabi, manusia pilihan Allah. Mengingat secara korektif, ayat-ayat sebelum dan sesudahnya dalam konteks menggambarkan para nabi yang memberikan contoh keteladanan dalam membimbing umat ke jalan yang mensejahterakan lahir dan batin. Tidak berlebihan jika dikatakan ayat ini merupakan landasan prinsip dalam mencari figure pemimpin ideal, sosok yang akan member kebaikan dan keberkahan bagi bangsa dimana pun dan kapanpun berada.[i]
2. QS. As-Sajdah [32] : 24
$oYù=yèy_ur öNåk÷]ÏB Zp£Jͬr& šcrßöku $tR͐öDr'Î/ $£Js9 (#rçŽy9|¹ ( (#qçR%Ÿ2ur $uZÏG»tƒ$t«Î/ tbqãZÏ%qムÇËÍÈ  
24. Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar[1195]. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat  kami. [1195] Yang dimaksud dengan sabar ialah sabar dalam menegakkan kebenaran.
1.      QS. Al-Baqarah [2] : 30
Istilah Kepemimpinan dalam Islam identik dengan sebutan Kholifah yang  berarti wakil atau pengganti. Istilah ini dipergunakan setelah wafatnya Rosulullah SAW namun jika merujuk pada firman Allah SWT:
øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ  
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Kata khalifah dalam ayat tersebut tidak hanya ditunjukkan kepada para khalifah sesudah Nabi, tetapi juga kepada semua manusia yang ada dibumi ini yang bertugas memakmurkan buni ini. Kata lain yang dipergunakan yaitu Ulil Amri yang mana kata ini satu akar dengan kata Amir sebagaimana disebutkan diatas. Kata Ulil Amri berarti 17 pemimpin tertinggi dalam masyarakat Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An Nisa‟ ayat 59 yang berbunyi:
4. QS An-Nisaa ayat 59
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ͐öDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrŠãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# 4 y7Ï9ºsŒ ׎öyz ß`|¡ômr&ur ¸xƒÍrù's? ÇÎÒÈ  
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

5. QS An-Nissa ayat 34
Mayoritas ulama berpendapat bahwa wanita tidak boleh menjadi pemimpin publik. Yang berhak adalah kaum lelaki. Kaum lelaki adalah pemimpinan kaum wanita. Dalil yang mereka gunakan adalah surah an-nisa’ ayat 34:
ãA%y`Ìh9$# šcqãBº§qs% n?tã Ïä!$|¡ÏiY9$# $yJÎ/ Ÿ@žÒsù ª!$# óOßgŸÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ !$yJÎ/ur (#qà)xÿRr& ô`ÏB öNÎgÏ9ºuqøBr& 4 àM»ysÎ=»¢Á9$$sù ìM»tGÏZ»s% ×M»sàÏÿ»ym É=øtóù=Ïj9 $yJÎ/ xáÏÿym ª!$# 4 ÓÉL»©9$#ur tbqèù$sƒrB  Æèdyqà±èS  ÆèdqÝàÏèsù £`èdrãàf÷d$#ur Îû ÆìÅ_$ŸÒyJø9$# £`èdqç/ÎŽôÑ$#ur ( ÷bÎ*sù öNà6uZ÷èsÛr& Ÿxsù (#qäóö7s? £`ÍköŽn=tã ¸xÎ6y 3 ¨bÎ) ©!$# šc%x. $wŠÎ=tã #ZŽÎ6Ÿ2 ÇÌÍÈ  
34. kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)[290]. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya[291], Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
[289] Maksudnya: tidak Berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya. [290] Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik.
[291] Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.
[292] Maksudnya: untuk memberi pelajaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. bila cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.
Pendapat mayoritas ini agaknya didasarkan kepada pendekatan bahasa. Pertama, mereka menafsirkan kata : “ قَوَّامُونَ  “ (qawwamun) dengan pemimpin. Karena itu dalam terjemahan al-qur’an dapertemen agama RI, kalimat : “ ارَّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النَّسَاءِ ( al-Rijalu ‘ala al-Nisa ) diterjemahkan dengan “kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita”.
Kedua, kata ganti (dhamir) هُمْ (hum) dalam kalimat “  بَعْضَهُمْ(ba’dhahum) dipahami merujuk kepada laki-laki. Sehingga kalimat : “بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْض “ (bima  fadhdhalallahu ba’dhahum ‘ala ba’dhin) dalam ayat itu diartikan dengan “oleh karena kelebihan yang diberikan Allah kepada sebagian mereka (yang laki-laki) atas sebagian yang lain (yaitu wanita).
Berdasarkan analisis bahasa, disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah dibedakan kepada kaum lelaki karena kelebihan yang mereka miliki. Menurut al-Zamakhsyari (w.538 H) kelebihan ini terletak pada akal, keteguhan hati, kemauan keras, kekuatan fisik, dan keberanian atau ketangkasan. Oleh karena itu, kenabian, keulamaan, kepemimpinan besar yang bersifat publik dan jihad hanya diberikan kepada laki-laki. Senada al-Zamakhsyari (w.538 H), al-alusi (w.1270) mengemukakan dua kelebihan kaum pria  yaitu wahbi dan kasabi. Kelebihan pertama didapat dengan sendirinya berupa pemberian dari Tuhan. Sedangkan kelebihan kedua digapau dengan jalan usaha.[ii]
C. Asbabun Nuzul
Adapun asbabun Nuzul dari QS Ali-imran ayat 26 yakni : Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahwa Rasulullah saw. memohon kepada Tuhan agar menundukkan kerajaan Romawi dan Persi ke dalam kekuasaan umatnya, Maka turunlah ayat ini (Surah Ali 'Imran: 3: 26) sebagai tuntutan dalam berdoa mengenai perkara ini. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Qatadah).
D. Hadis-Hadis terkait
 Hadis-hadis yang berkaitan dengan kepemimpinan antara lain sebagai berikut:
1.      HR. Bukhari
حَدَّثَنَا إسْمَا عِيلُ أخْبَرَ نَا أيُّوبُ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ: أنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كُلَّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئو لٌ،قَا ﻷمِيرُ الَّذِي عِلى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُو لٌ عَنْ رَ عِيَّتِهِ، وَالرَّ جُلُ رَاعٍ عِلى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُو لٌ، وَالْمَرْأَﺓُرَاعِيةٌ عِلَى بَيْتِ زَوْجهَا وَهِيَ مَسْئُو لةٌ، وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيَّدِهِ وِهُوَ مَسْئَو لٌ، أَ لآ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَ فَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ.
Artinya: Al-Bukhārī berkata, diriwayatkan kepada kami oleh Ismā‘īl, dikabarkan kepada kami oleh Ayyūb dari Nāfi‘ dari Ibn ‘Umar bahwa Nabi saw. bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya, Setiap suami adalah pemimpin terhadap keluaganya dan bertanggung jawab terhadapnya, setiap istri adalah pemimpin bagi rumah tangga suaminya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang
hamba/pelayan adalah pemimpin bagi harta tuannya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Ketahuilah bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan masing-masing bertanggung jawab atas kepemimpinannya”. 
2.      HR At-Turmuzi
عَنْ أَ بِيْ سَعِيْدٍ قَالَ رَ سُوْ لُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِ نَّ أَ حَبَّ النَّاسِ إِلى اللهِ يَوْ مَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِ لٌ وَأَبْغَضُ النَّاسِ إِلى اللهِ وَأَبْعدُهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًاإِمَامٌ جَائِر.
Artinya: “Dari Abu Sa’id, ia berkata; Rasululullah saw bersabda; sesungguhnya orang yang paling dicintai oleh Allah di hari kemudian dan paling dekat tempatnya dengan-Nya adalah pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh tempatnya adalah pemimpin yang aniaya.”
3.      HR Muslim
حَدَّ ثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبٍ بْنِ الَّليْثِ حَدَّثنِي أَبِي شُعَيْبٍ ابْنِ اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ حَدَّثَنِي يَزِيْدُبْنُ أَبِي حُبَيْبٍ عَنْ بكْرِ بْنِ عَمْرٍوعَنِ الْحَارِثِ بْنِ يَزِ يْدِ الْحَضْرَمِي عَنِ ابْنِ حُجَيْرَ اْلأَكْبَرِ عَنْ أَ بِي ذَرًّ قَالَ قُلْتُ يَا رَ يُوْلَ الله أَلآ تَسْتَعْمِلْنِي قَالَ فَضَرَ بَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِي ثُمَّ قَالَ يَاأَبَا ذَرًّإِنَّكَ ضَعِيْفُ وَ إِنَّهاأَمَانَةٌوَإِنْهَايَوْمَ الْقِيَامَةِخِزْيٌ وَنَدَامَةٌإِلاَّمَنْ أَخَذَهَا بِحَقَّهَاوَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيْهَا.
Artinya: Muslim berkata: Diceritakan kepada kami oleh ‘Abd al-Malik ibn Syu‘aib ibn al-Lais, diceritakan kepadaku oleh Ayahku Syu‘aib ibn al-Lais, diceritakan kepadaku oleh al-Lais ibn Sa‘ad, diceritakan kepadaku oleh Yazīd ibn Abī Hubaib dari Bakar ibn ‘Amar dari al-Hāris ibn Yazīd alHadramī dari Ibn Hujairah al-Akbar dari Abū Zar, “Saya berkata kepada Rasulullah, wahai Rasulullah tidakkah engkau mengangkatku menjadi pejabat, lalu Rasulullah menepuk pundaknya seraya berkata “wahai Abū Zarr, sesungguhnya engkau lemah, sedangkan jabatan itu adalah amanah dan merupakan kehinaan serta penyelasan pada hari kiamat nanti kecuali bagi orang yang mendapatkannya dengan hak serta melaksanakannya dengan baik dan benar”.         

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Analisis Kebahasaan
Dalam surah ali-imran ayat : 26. Kata قُلِ artinya (katakanlah), ٱللَّهُمَّ artinya (ya tuhan), مَٰلِكَ artinya (yang mempunyai), ٱلْمُلْكِ artinya (kerajaan), تُؤْتِي artinya (Engkau beri), الْمُلْكَ artinya (kerajaan), مَن artinya (orang), تَشَآءُ artinya (engkau kehendaki), وَتَنزِعُ artinya (dan engkau cabut), الْمُلْكَ artinya (kerajaan), مِمَّن artinya (dari orang), تَشَآءُ artinya (engkau kehendaki), وَتُعِزُّ artinya (dan engkau muliakan), مَن artinya (orang), تَشَآءُ artinya (engkau kehendaki), وَتُذِلُّ artinya (dan engkau hinakan), مَن artinya (orang), تَشَآءُ artinya (engkau kehendaki), بِيَدِكَ artinya (di tangan engkau), الْخَيْرُ artinya (kebaikan), اِنَّكَ artinya (sesungguhnya engkau), عَلٰى artinya (atas), كُلِّ artinya (segala), شَيْءٍ artinya (sesuatu), قَدِيرٌ artinya (maha kuasa).
Artinya Katakanlah: ‘Ya Allah, Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. 3:26).
            Katakan, wahai Muhammad, dengan mengakui kelemahannmu dan kemaha kuatan Allah, “ya allah, hanya engkaulah pemilik hak mengatur dalam segala hal. Engkau memberikan kekuasaan kepada kepada siapa saja yang engkau kehendaki dan mengambilnya dari siapa saja yang engkau kehendaki pula. Engkau memberi kejayaan kepada hamba-mu yang engkau kehendaki dengan cara menunjukan faktor-faktor kejayaan penyebabnya. Engkau merendahkan segala siapa saja yang engkau kehendaki. Hanya engkau yang memiliki segala kebaikan. Tak satu pun yang dapat mencegah-mu melaksanakan kehendak-mu dan melaksanakan sesuatu yang sejalan dengan dengan kebijaksanaan-mu dalam tata kehidupan makhluk ciptaan-mu.[iii]
Dalam ayat tersebut terkandung peringatan sekaligus bimbingan bagi Rasulullah dan umat ini untuk mensyukuri nikmat Allah Ta’ala, karena Dia telah mengalihkan kenabian dari Bani Israil kepada Nabi yang berkebangsaan Arab, bersuku Quraisy, yang ummi yang berasal dari Makkah, dan penutup bagi seluruh Rasul secara mutlak, serta Rasul Allah yang diutus kepada seluruh umat manusia dan jin.
Allah telah mengumpulkan dalam dirinya berbagai kebaikan dari para Rasul sebelumnya serta memberikan keistimewaan yang tidak diberikan-Nya kepada seorang Nabi dan Rasul pun berupa pengetahuan mengenai Allah, syari’at, dan beberapa hal yang ghaib; baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi. Selain itu, Allah menyingkapkan kepada beliau hakikat alam akhirat, dan menyebarkan umatnya ke seluruh belahan bumi di timur dan barat. Juga memenangkan agama dan syari’atnya di atas semua agama dan ajaran-ajaran lainnya. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepadanya sampai hari Kiamat kelak, selama malam dan siang masih tetap silih berganti.
Oleh karena itu, Allah berfirman, qul AllaaHumma maalikul mulki (Katakanlah ‘Ya Allah Yang mempunyai kerajaan) Maksudnya, Engkaulah yang mengendali kan semua ciptaan-Mu dan yang berbuat apa saja yang Engkau inginkan.
Maksudnya bahwa Allah adalah Tuhan kami yang Maha Suci yang kekuasaan hanya milik-Nya dan pengaturan yang sempurna di dalam mengatur segala perkara serta menegakkan keseimbangan sunatullah terhadap alam semesta. Engkau memberikan kekuasaan kepada hamba-Mu yang Engkau kehendaki dan mencabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki.
Allah berkuasa sepenuhnya dalam mengatur segala urusan dan menegakkan keseimbangan tatanan umum alam semesta ini. Engkaulah yang memberikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dari hamba-hamba-Mu. Hal itu, kadang mengikuti derajat kenabian, seperti yang dialami oleh keluarga Nabi Ibrahim, dan ada kalanya berdiri sendiri sesuai dengan kebijaksanaan sunnah-sunnah Allah yang menuntut ke arah itu, dan mengikuti aspek-aspek sosial yang yang terdiri dari kabilah dan bangsa-bangsa.
Dan Engkau mencabut kerajaan dari tangan orang yang Engkau kehendaki melalui pemberontakan rakyat dari jalan wajar yang bisa memelihara kelestarian kerajaan, yaitu jalan keadilan, kebaikan dalam mengatur politik, dan menyisipkan kekuatan semaksimal mungkin. Hal itu, sebagaimana Allah mencabutnya dari Bani Israel dan lainnya lantaran kezhaliman dan kerusakan mereka sendiri.
B.     Analisis Pendidikan (Pendapat Para Mufassir)
Kepemimpinan berasal dari akar kata “pimpin” kita mengenal kata “pemimpin” dan “kepemimpinan”. Dalam Ensiklopedi Umum, halaman 549 kata “kepemimpinan” ditafsirkan sebagai hubungan yang erat antara seorang dan sekelompok  manusia karena adanya kepentingan bersama; hubungan Itu ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari manusia yang seorang itu. Manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin atau pemimpin, sedangkan kelompok manusia yang mengikutinya disebut yang dipimpin.
Berdasarkan pembahasan dan analisis yang dilakukan, bahwa kepemimpinan islam menurut M. Quraish Shihab tidak terletak pada kesamaan semata, seperti organisasi islam.
Kepemimpinan dalam konsep Al-Qur’an disebutkan dengan istilah Imamah, (pemimpin) dengan istilah imam. Al-Qur’an mengkaitkan kepemimpinan dengan hidayah dan pemberian petunjuk pada kebenaran. Seorang pemimpin tidak boleh melakukan kezaliman, dan tidak pernah melakukan kezaliman dalam segala tingkat kezaliman: kezaliman dalam keilmuan dan perbuatan, kezaliman dalam mengambil keputusan dan aplikasinya.
Seorang pemimpin harus mengatahui keadaan umatnya, merasakan langsung penderitaan mereka. Seorang pemimpin harus melebihi umatnya dalam segala hal: keilmuan dan perbuatan, pengabdian dan ibadah, keberanian dan keutamaan, sifat dan prilaku, dan lainnya.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa seorang pemimpin tidak pantas mendapat petunjuk dari umatnya, seorang pemimpin harus berpengetahuan dan memperoleh petunjuk sebelum umatnya. Bahkan Al-Qur’an menegaskan seorang pemimpin harus mendapat petunjuk langsung dari Allah swt, tidak boleh mendapat petunjuk dari orang lain atau umatnya.
Pemimpin dalam pandangan Al-Qur’an sebenarnya adalah pilihan Allah swt, bukan pilihan dan kesepakatan manusia sebagaimana yang dipahami dan dijadikan pijakan oleh umumnya umat Islam. Pilihan manusia membuka pintu yang lebar untuk memasuki kesalahan dan kezaliman. Selain itu, kesepakatan manusia tidak menutup kemungkinan bersepakat pada perbuatan dosa, kemaksiatan dan kezaliman. Hal ini telah banyak terbukti dalam sepanjang sejarah manusia.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dalam Al-Quran Istilah kepemimpina diantaranya adalah malik, khalifah, ulil amri, dan masih banyak lagi. Banyak para mufassir yang menerangkan tentang ayat-ayat kepemimpinan di dalam Al-Quran melalui tafsir-tafsir.  Seperti dalam surah ali-imran [3] : 26, Al-Anbiyah [23] : 73, As-Sajdah [32] : 24, Al-Baqarah [2] : 30, QS An-Nisaa [4] : 59, An-Nissa [4] : 34, dll.
Dalam ayat 26 surah ali-imran menyebutkan Allah Malika al-mulk adalah dia sumber kepemilikan, dia yang terlaksana  kehendaknya dalam wilaya kekuasaan-nya, sedangkan wilaya kekuasaannya adalah seluruh wujud ini. Dia melaksanakan sesuai dengan cara yang dikehendakinya, baik saat mewujudkan,meniadakan, menganugerahkan, mempertahankan, dan mencabut.
Setiap orang memiliki kedudukan dan kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin asalkan memenuhi ketentuan dan mendapatkan kepercayaan masyarakat. Orang yang mendapatkan kesempatan untuk memimpin atau menduduki sebuah jabatan maka ia harus menjalankan kepemimpinannya dengan amanah karena kepemimpinan dan kekuasaan merupakan titipan dari Allah Swt, segala sesuatunya merupakan miliknya, yang mengatur semua makhluk dan melaksanakan semua apa yang dikehendaki-nya. Dialah yang berkehendak untuk mengeanugerahkan kekuasaan atau mencabutnya, memuliakan atau menghinakan siapapun yang dikehendaki-nya.
Dalam surat ali-imran ayat 26 ini Allah menerangkan pula bahwa segala kebijakan terletak ditangannya baik kenabian, kekuasaan maupun kekayaan. Hal ini menunjukan bahwa Allah sendirilah yang mengatur menurut kemauaannya. Tidak ada suatu makhluk yang bias menandinginya.


[i] Atabik Luthfi,Tafsir Irsyadi(Tadabbur Ayat-Ayat Al-Qur’an Untuk Solusi Diri, Keluarga &Umat), (Jakarta : Haqiena Media, 2014). H.137
[ii] Sofyan, Tafsir Hukum Tema-Tema Kontroversial. (Tenilo : Mitra Pustaka, 2013). H.67-69
[iii] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Surah Ali-Imran ayat 26.

0 komentar:

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Berisi Tulisan dan Artikel yang berkaitan dengan Bahasa Arab, Sastra Arab, Pendidikan, Tafsir, Rasm, Qiraat, Budaya, Tradisi Islam Lokal

Powered by Blogger.

Wikipedia

Search results

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

BAHASA ARAB untuk Para Pemula

BAHASA ARAB untuk Para Pemula
Dr. Ibnu Rawandhy N. Hula, M.A dan Dr. Damhuri, M.Ag

BUKU

BUKU
Qawaid al-Imla' wa al-Khat

My Web List

Translate

Recent Posts

3/recent/post-list

Jam