PENDIDIKAN
KEPEMIMPINAN
“SEBUAH ANALISIS AYAT-AYAT PENDDIKAN DAN KEBAHASAAN”
Dr. Ibnu Rawandhy N. Hula, S.S., M.A
ABSTRAK
Penulisan ini bertujuan
untuk menjelaskan tentang tafsir ayat kepemimpinan dalam al-Quran tinjauan
tafsir maudhui. Hasil penulisan ini ialah terdapatnya beberapa ayat-ayat yang
membahas tentang kepemimpinan yang terdapat dalam AL-Quran yang ditafsir secara
maudhui atau secra tematik.
Apabila dikaitkan
dengan studi Al-Quran. Istilah kepemimpinan sangat banyak diantaranya adalah
malik, khalifah, ulil amri, dan masih banyak
lagi. Di dalam Al-Quran menjelaskan istilah kepemimpinan yang biasanya dapat
diartikan secara konseptual. Banyak para mufassir yang menerangkan tentang
ayat-ayat kepemimpinan di dalam Al-Quran melalui tafsir-tafsir.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang memiliki sifat yang
lebih dari anggota-anggotanya dan biasanya memiliki ciri yang khas dalam
kepemimpinannya tersebut. Dalam hal ini sangat berkaitan dengan bagaimana cara
seorang pemimpin tersebut memimpin suatu organisasi baik berupa organisasi
formal maupun non formal. Seorang pemimpin harus memiliki power atau
kekuatan di dalam suatu organisasi sehingga ia dapat memegang kekuasaan.
Dengan beragamnya
istilah kepemimpinan tersebut dalam penulisan ini akan membahas tentang
ayat-ayat kepemimpinan tinjauan tafsir maudhui. Dalam penulisan ini ada
beberapa ayat Al-Quran yang membahas tentang kepemimpinan yang disertai dengan
tafsir dan gaya bahasanya.
Kata
kunci : kepemimpinan
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Ayat
dan Terjemahannya
Salah
satu ayat al-qur’an tentang kepemimpinan adalah QS ali-imran ayat 26 :
È@è% ¢Oßg¯=9$# y7Î=»tB Å7ù=ßJø9$# ’ÎA÷sè? šù=ßJø9$# `tB âä!$t±n@ äíÍ”\s?ur šù=ßJø9$# `£JÏB âä!$t±n@ –“Ïèè?ur `tB âä!$t±n@ ‘AÉ‹è?ur `tB âä!$t±n@ ( x8ωuŠÎ/ çŽöy‚ø9$# ( y7¨RÎ) 4’n?tã Èe@ä. &äóÓx« փωs% ÇËÏÈ
26. Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan,
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah
segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
B. Munasabah (Ayat‑ayat Yang
berkenaan dengan kepemimpinan)
1. QS.
Al-Anbiyah [23] : 73
öNßg»uZù=yèy_ur Zp£Jͬr& šcr߉öku‰ $tRÌøBr'Î/ !$uZøŠym÷rr&ur öNÎgø‹s9Î) Ÿ@÷èÏù ÏNºuŽöy‚ø9$# uQ$s%Î)ur Ío4qn=¢Á9$# uä!$tFƒÎ)ur Ío4qŸ2¨“9$# ( (#qçR%x.ur $oYs9 tûïωÎ7»tã ÇÐÌÈ
73. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami
wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah.
Ayat ini berbicara tentang sosok
pemimpin ideal yang akan memberikan dampak positif dalam kehidupan rakyat
secara keseluruhan, sepeti yang ada pada diri para nabi, manusia pilihan Allah.
Mengingat secara korektif, ayat-ayat sebelum dan sesudahnya dalam konteks
menggambarkan para nabi yang memberikan contoh keteladanan dalam membimbing
umat ke jalan yang mensejahterakan lahir dan batin. Tidak berlebihan jika
dikatakan ayat ini merupakan landasan prinsip dalam mencari figure pemimpin
ideal, sosok yang akan member kebaikan dan keberkahan bagi bangsa dimana pun
dan kapanpun berada.[i]
2.
QS. As-Sajdah [32] : 24
$oYù=yèy_ur öNåk÷]ÏB Zp£Jͬr& šcr߉öku‰ $tRÍöDr'Î/ $£Js9 (#rçŽy9|¹ ( (#qçR%Ÿ2ur $uZÏG»tƒ$t«Î/ tbqãZÏ%qムÇËÍÈ
24. Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar[1195]. dan
adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.
[1195] Yang dimaksud dengan sabar ialah sabar dalam menegakkan kebenaran.
1. QS.
Al-Baqarah [2] : 30
Istilah
Kepemimpinan dalam Islam identik dengan sebutan Kholifah yang berarti wakil atau pengganti. Istilah ini
dipergunakan setelah wafatnya Rosulullah SAW namun jika merujuk pada firman
Allah SWT:
øŒÎ)ur tA$s% š•/u‘ Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ’ÎoTÎ) ×@Ïã%y` ’Îû ÇÚö‘F{$# Zpxÿ‹Î=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ߉šøÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡o„ur uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ωôJpt¿2 â¨Ïd‰s)çRur y7s9 ( tA$s% þ’ÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Kata
khalifah dalam ayat tersebut tidak hanya ditunjukkan kepada para khalifah
sesudah Nabi, tetapi juga kepada semua manusia yang ada dibumi ini yang
bertugas memakmurkan buni ini. Kata lain yang dipergunakan yaitu Ulil Amri yang
mana kata ini satu akar dengan kata Amir sebagaimana disebutkan diatas. Kata
Ulil Amri berarti 17 pemimpin tertinggi dalam masyarakat Islam. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam surat An Nisa‟ ayat 59 yang berbunyi:
4.
QS An-Nisaa ayat 59
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãè‹ÏÛr& ©!$# (#qãè‹ÏÛr&ur tAqß™§9$# ’Í<'ré&ur ÍöDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt“»uZs? ’Îû &äóÓx« çnr–Šãsù ’n<Î) «!$# ÉAqß™§9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöqu‹ø9$#ur ÌÅzFy$# 4 y7Ï9ºsŒ ׎öyz ß`|¡ômr&ur ¸xƒÍrù's? ÇÎÒÈ
59.
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
5.
QS An-Nissa ayat 34
Mayoritas
ulama berpendapat bahwa wanita tidak boleh menjadi pemimpin publik. Yang berhak
adalah kaum lelaki. Kaum lelaki adalah pemimpinan kaum wanita. Dalil yang
mereka gunakan adalah surah an-nisa’ ayat 34:
ãA%y`Ìh9$# šcqãBº§qs% ’n?tã Ïä!$|¡ÏiY9$# $yJÎ/ Ÿ@žÒsù ª!$# óOßgŸÒ÷èt/ 4’n?tã <Ù÷èt/ !$yJÎ/ur (#qà)xÿRr& ô`ÏB öNÎgÏ9ºuqøBr& 4 àM»ysÎ=»¢Á9$$sù ìM»tGÏZ»s% ×M»sàÏÿ»ym É=ø‹tóù=Ïj9 $yJÎ/ xáÏÿym ª!$# 4 ÓÉL»©9$#ur tbqèù$sƒrB Æèdy—qà±èS ÆèdqÝàÏèsù £`èdrãàf÷d$#ur ’Îû ÆìÅ_$ŸÒyJø9$# £`èdqç/ÎŽôÑ$#ur ( ÷bÎ*sù öNà6uZ÷èsÛr& Ÿxsù (#qäóö7s? £`ÍköŽn=tã ¸x‹Î6y™ 3 ¨bÎ) ©!$# šc%x. $wŠÎ=tã #ZŽÎ6Ÿ2 ÇÌÍÈ
34. kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian
dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah
telah memelihara (mereka)[290]. wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya[291], Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah
kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha besar.
[289]
Maksudnya: tidak Berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya. [290]
Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya
dengan baik.
[291]
Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri
seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.
[292]
Maksudnya: untuk memberi pelajaran kepada isteri yang dikhawatirkan
pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak
bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat
juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan
bekas. bila cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang
lain dan seterusnya.
Pendapat mayoritas ini agaknya
didasarkan kepada pendekatan bahasa. Pertama, mereka menafsirkan kata :
“ قَوَّامُونَ “ (qawwamun) dengan
pemimpin. Karena itu dalam terjemahan al-qur’an dapertemen agama RI, kalimat :
“ ارَّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى
النَّسَاءِ “
( al-Rijalu ‘ala al-Nisa ) diterjemahkan dengan “kaum laki-laki itu
adalah pemimpin bagi kaum wanita”.
Kedua, kata ganti (dhamir)
“ هُمْ
“ (hum)
dalam kalimat “ بَعْضَهُمْ” (ba’dhahum) dipahami merujuk
kepada laki-laki. Sehingga kalimat : “بِمَا
فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْض “ (bima
fadhdhalallahu ba’dhahum ‘ala ba’dhin) dalam ayat itu diartikan
dengan “oleh karena kelebihan yang diberikan Allah kepada sebagian mereka (yang
laki-laki) atas sebagian yang lain (yaitu wanita).
Berdasarkan analisis bahasa, disimpulkan
bahwa kepemimpinan adalah dibedakan kepada kaum lelaki karena kelebihan yang
mereka miliki. Menurut al-Zamakhsyari (w.538 H) kelebihan ini terletak pada
akal, keteguhan hati, kemauan keras, kekuatan fisik, dan keberanian atau
ketangkasan. Oleh karena itu, kenabian, keulamaan, kepemimpinan besar yang
bersifat publik dan jihad hanya diberikan kepada laki-laki. Senada
al-Zamakhsyari (w.538 H), al-alusi (w.1270) mengemukakan dua kelebihan kaum
pria yaitu wahbi dan kasabi.
Kelebihan pertama didapat dengan sendirinya berupa pemberian dari Tuhan.
Sedangkan kelebihan kedua digapau dengan jalan usaha.[ii]
C.
Asbabun Nuzul
Adapun
asbabun Nuzul dari QS Ali-imran ayat 26 yakni : Dalam suatu riwayat ada
dikemukakan bahwa Rasulullah saw. memohon kepada Tuhan agar menundukkan
kerajaan Romawi dan Persi ke dalam kekuasaan umatnya, Maka turunlah ayat ini
(Surah Ali 'Imran: 3: 26) sebagai tuntutan dalam berdoa mengenai perkara ini.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Qatadah).
D. Hadis-Hadis
terkait
Hadis-hadis yang berkaitan dengan kepemimpinan
antara lain sebagai berikut:
1.
HR. Bukhari
حَدَّثَنَا
إسْمَا عِيلُ أخْبَرَ نَا أيُّوبُ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ: أنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كُلَّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ
مَسْئو لٌ،قَا ﻷمِيرُ الَّذِي عِلى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُو لٌ عَنْ رَ
عِيَّتِهِ، وَالرَّ جُلُ رَاعٍ عِلى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُو لٌ،
وَالْمَرْأَﺓُرَاعِيةٌ عِلَى بَيْتِ زَوْجهَا وَهِيَ مَسْئُو لةٌ، وَالْعَبْدُ
رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيَّدِهِ وِهُوَ مَسْئَو لٌ، أَ لآ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَ
فَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ.
Artinya: Al-Bukhārī
berkata, diriwayatkan kepada kami oleh Ismā‘īl, dikabarkan kepada kami oleh
Ayyūb dari Nāfi‘ dari Ibn ‘Umar bahwa Nabi saw. bersabda: Setiap kalian adalah
pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Kepala
negara adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya, Setiap suami
adalah pemimpin terhadap keluaganya dan bertanggung jawab terhadapnya, setiap
istri adalah pemimpin bagi rumah tangga suaminya dan bertanggung jawab atas
kepemimpinannya. Seorang
hamba/pelayan adalah pemimpin bagi harta
tuannya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Ketahuilah bahwa setiap
kalian adalah pemimpin dan masing-masing bertanggung jawab atas
kepemimpinannya”.
2. HR
At-Turmuzi
عَنْ
أَ بِيْ سَعِيْدٍ قَالَ رَ سُوْ لُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِ نَّ
أَ حَبَّ النَّاسِ إِلى اللهِ يَوْ مَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا
إِمَامٌ عَادِ لٌ وَأَبْغَضُ النَّاسِ إِلى اللهِ وَأَبْعدُهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًاإِمَامٌ
جَائِر.
Artinya:
“Dari Abu Sa’id, ia berkata; Rasululullah saw bersabda; sesungguhnya orang
yang paling dicintai oleh Allah di hari kemudian dan paling dekat tempatnya
dengan-Nya adalah pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci oleh
Allah dan paling jauh tempatnya adalah pemimpin yang aniaya.”
3. HR
Muslim
حَدَّ
ثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبٍ بْنِ الَّليْثِ حَدَّثنِي أَبِي شُعَيْبٍ
ابْنِ اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ حَدَّثَنِي يَزِيْدُبْنُ أَبِي حُبَيْبٍ عَنْ بكْرِ
بْنِ عَمْرٍوعَنِ الْحَارِثِ بْنِ يَزِ يْدِ الْحَضْرَمِي عَنِ ابْنِ حُجَيْرَ
اْلأَكْبَرِ عَنْ أَ بِي ذَرًّ قَالَ قُلْتُ يَا رَ يُوْلَ الله أَلآ
تَسْتَعْمِلْنِي قَالَ فَضَرَ بَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِي ثُمَّ قَالَ يَاأَبَا
ذَرًّإِنَّكَ ضَعِيْفُ وَ إِنَّهاأَمَانَةٌوَإِنْهَايَوْمَ الْقِيَامَةِخِزْيٌ
وَنَدَامَةٌإِلاَّمَنْ أَخَذَهَا بِحَقَّهَاوَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيْهَا.
Artinya:
Muslim berkata: Diceritakan kepada kami oleh ‘Abd al-Malik ibn Syu‘aib ibn
al-Lais, diceritakan kepadaku oleh Ayahku Syu‘aib ibn al-Lais, diceritakan
kepadaku oleh al-Lais ibn Sa‘ad, diceritakan kepadaku oleh Yazīd ibn Abī Hubaib
dari Bakar ibn ‘Amar dari al-Hāris ibn Yazīd alHadramī dari Ibn Hujairah
al-Akbar dari Abū Zar, “Saya berkata kepada Rasulullah, wahai Rasulullah
tidakkah engkau mengangkatku menjadi pejabat, lalu Rasulullah menepuk pundaknya
seraya berkata “wahai Abū Zarr, sesungguhnya engkau lemah, sedangkan jabatan
itu adalah amanah dan merupakan kehinaan serta penyelasan pada hari kiamat
nanti kecuali bagi orang yang mendapatkannya dengan hak serta melaksanakannya
dengan baik dan benar”.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Analisis
Kebahasaan
Dalam surah
ali-imran ayat : 26. Kata قُلِ artinya
(katakanlah), ٱللَّهُمَّ artinya
(ya tuhan), مَٰلِكَ artinya
(yang mempunyai), ٱلْمُلْكِ artinya
(kerajaan), تُؤْتِي artinya
(Engkau beri), الْمُلْكَ artinya
(kerajaan), مَن artinya (orang), تَشَآءُ artinya
(engkau kehendaki), وَتَنزِعُ artinya
(dan engkau cabut), الْمُلْكَ artinya
(kerajaan), مِمَّن artinya
(dari orang), تَشَآءُ artinya
(engkau kehendaki), وَتُعِزُّ artinya
(dan engkau muliakan), مَن artinya
(orang), تَشَآءُ artinya
(engkau kehendaki), وَتُذِلُّ artinya
(dan engkau hinakan), مَن artinya
(orang), تَشَآءُ artinya
(engkau kehendaki), بِيَدِكَ artinya
(di tangan engkau), الْخَيْرُ artinya
(kebaikan), اِنَّكَ artinya (sesungguhnya engkau), عَلٰى artinya
(atas), كُلِّ artinya
(segala), شَيْءٍ artinya
(sesuatu), قَدِيرٌ artinya
(maha kuasa).
Artinya
Katakanlah: ‘Ya Allah, Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang
yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya
Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. 3:26).
Katakan, wahai Muhammad, dengan
mengakui kelemahannmu dan kemaha kuatan Allah, “ya allah, hanya engkaulah
pemilik hak mengatur dalam segala hal. Engkau memberikan kekuasaan kepada
kepada siapa saja yang engkau kehendaki dan mengambilnya dari siapa saja yang
engkau kehendaki pula. Engkau memberi kejayaan kepada hamba-mu yang engkau
kehendaki dengan cara menunjukan faktor-faktor kejayaan penyebabnya. Engkau
merendahkan segala siapa saja yang engkau kehendaki. Hanya engkau yang memiliki
segala kebaikan. Tak satu pun yang dapat mencegah-mu melaksanakan kehendak-mu
dan melaksanakan sesuatu yang sejalan dengan dengan kebijaksanaan-mu dalam tata
kehidupan makhluk ciptaan-mu.[iii]
Dalam ayat tersebut terkandung peringatan
sekaligus bimbingan bagi Rasulullah dan umat ini untuk mensyukuri nikmat Allah
Ta’ala, karena Dia telah mengalihkan kenabian dari Bani Israil kepada Nabi yang
berkebangsaan Arab, bersuku Quraisy, yang ummi yang berasal dari Makkah, dan
penutup bagi seluruh Rasul secara mutlak, serta Rasul Allah yang diutus kepada
seluruh umat manusia dan jin.
Allah telah mengumpulkan dalam dirinya
berbagai kebaikan dari para Rasul sebelumnya serta memberikan keistimewaan yang
tidak diberikan-Nya kepada seorang Nabi dan Rasul pun berupa pengetahuan
mengenai Allah, syari’at, dan beberapa hal yang ghaib; baik yang telah terjadi
maupun yang akan terjadi. Selain itu, Allah menyingkapkan kepada beliau hakikat
alam akhirat, dan menyebarkan umatnya ke seluruh belahan bumi di timur dan
barat. Juga memenangkan agama dan syari’atnya di atas semua agama dan
ajaran-ajaran lainnya. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan
kepadanya sampai hari Kiamat kelak, selama malam dan siang masih tetap silih
berganti.
Oleh karena itu, Allah berfirman, qul
AllaaHumma maalikul mulki (Katakanlah ‘Ya Allah Yang mempunyai
kerajaan) Maksudnya, Engkaulah yang mengendali kan semua
ciptaan-Mu dan yang berbuat apa saja yang Engkau inginkan.
Maksudnya bahwa Allah adalah Tuhan kami
yang Maha Suci yang kekuasaan hanya milik-Nya dan pengaturan yang sempurna di
dalam mengatur segala perkara serta menegakkan keseimbangan sunatullah terhadap
alam semesta. Engkau memberikan kekuasaan kepada hamba-Mu yang Engkau kehendaki
dan mencabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki.
Allah
berkuasa sepenuhnya dalam mengatur segala urusan dan menegakkan keseimbangan
tatanan umum alam semesta ini. Engkaulah yang memberikan kerajaan kepada orang
yang Engkau kehendaki dari hamba-hamba-Mu. Hal itu, kadang mengikuti derajat
kenabian, seperti yang dialami oleh keluarga Nabi Ibrahim, dan ada kalanya
berdiri sendiri sesuai dengan kebijaksanaan sunnah-sunnah Allah yang menuntut
ke arah itu, dan mengikuti aspek-aspek sosial yang yang terdiri dari kabilah
dan bangsa-bangsa.
Dan
Engkau mencabut kerajaan dari tangan orang yang Engkau kehendaki melalui
pemberontakan rakyat dari jalan wajar yang bisa memelihara kelestarian
kerajaan, yaitu jalan keadilan, kebaikan dalam mengatur politik, dan
menyisipkan kekuatan semaksimal mungkin. Hal itu, sebagaimana Allah mencabutnya
dari Bani Israel dan lainnya lantaran kezhaliman dan kerusakan mereka sendiri.
B. Analisis
Pendidikan (Pendapat Para Mufassir)
Kepemimpinan berasal dari akar kata “pimpin” kita mengenal kata
“pemimpin” dan “kepemimpinan”. Dalam Ensiklopedi Umum, halaman 549 kata
“kepemimpinan” ditafsirkan sebagai hubungan yang erat antara seorang dan sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama;
hubungan Itu ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari
manusia yang seorang itu. Manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin
atau pemimpin, sedangkan kelompok manusia yang mengikutinya disebut yang
dipimpin.
Berdasarkan
pembahasan dan analisis yang dilakukan, bahwa kepemimpinan islam menurut M.
Quraish Shihab tidak terletak pada kesamaan semata, seperti organisasi islam.
Kepemimpinan
dalam konsep Al-Qur’an disebutkan dengan istilah Imamah, (pemimpin) dengan
istilah imam. Al-Qur’an mengkaitkan kepemimpinan dengan hidayah dan pemberian
petunjuk pada kebenaran. Seorang pemimpin tidak boleh melakukan kezaliman, dan
tidak pernah melakukan kezaliman dalam segala tingkat kezaliman: kezaliman
dalam keilmuan dan perbuatan, kezaliman dalam mengambil keputusan dan
aplikasinya.
Seorang
pemimpin harus mengatahui keadaan umatnya, merasakan langsung penderitaan
mereka. Seorang pemimpin harus melebihi umatnya dalam segala hal: keilmuan dan
perbuatan, pengabdian dan ibadah, keberanian dan keutamaan, sifat dan prilaku,
dan lainnya.
Al-Qur’an
menjelaskan bahwa seorang pemimpin tidak pantas mendapat petunjuk dari umatnya,
seorang pemimpin harus berpengetahuan dan memperoleh petunjuk sebelum umatnya.
Bahkan Al-Qur’an menegaskan seorang pemimpin harus mendapat petunjuk langsung
dari Allah swt, tidak boleh mendapat petunjuk dari orang lain atau umatnya.
Pemimpin
dalam pandangan Al-Qur’an sebenarnya adalah pilihan Allah swt, bukan pilihan
dan kesepakatan manusia sebagaimana yang dipahami dan dijadikan pijakan oleh
umumnya umat Islam. Pilihan manusia membuka pintu yang lebar untuk memasuki
kesalahan dan kezaliman. Selain itu, kesepakatan manusia tidak menutup
kemungkinan bersepakat pada perbuatan dosa, kemaksiatan dan kezaliman. Hal ini
telah banyak terbukti dalam sepanjang sejarah manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Al-Quran Istilah kepemimpina
diantaranya adalah malik, khalifah, ulil amri, dan masih banyak lagi. Banyak
para mufassir yang menerangkan tentang ayat-ayat kepemimpinan di dalam Al-Quran
melalui tafsir-tafsir. Seperti dalam
surah ali-imran [3] : 26, Al-Anbiyah [23] : 73, As-Sajdah [32] : 24, Al-Baqarah
[2] : 30, QS An-Nisaa [4] : 59, An-Nissa [4] : 34, dll.
Dalam ayat 26 surah ali-imran
menyebutkan Allah Malika al-mulk adalah dia sumber kepemilikan, dia yang
terlaksana kehendaknya dalam wilaya
kekuasaan-nya, sedangkan wilaya kekuasaannya adalah seluruh wujud ini. Dia
melaksanakan sesuai dengan cara yang dikehendakinya, baik saat
mewujudkan,meniadakan, menganugerahkan, mempertahankan, dan mencabut.
Setiap orang memiliki kedudukan dan
kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin asalkan memenuhi ketentuan dan
mendapatkan kepercayaan masyarakat. Orang yang mendapatkan kesempatan untuk
memimpin atau menduduki sebuah jabatan maka ia harus menjalankan
kepemimpinannya dengan amanah karena kepemimpinan dan kekuasaan merupakan
titipan dari Allah Swt, segala sesuatunya merupakan miliknya, yang mengatur
semua makhluk dan melaksanakan semua apa yang dikehendaki-nya. Dialah yang
berkehendak untuk mengeanugerahkan kekuasaan atau mencabutnya, memuliakan atau
menghinakan siapapun yang dikehendaki-nya.
Dalam surat ali-imran ayat 26 ini Allah
menerangkan pula bahwa segala kebijakan terletak ditangannya baik kenabian,
kekuasaan maupun kekayaan. Hal ini menunjukan bahwa Allah sendirilah yang
mengatur menurut kemauaannya. Tidak ada suatu makhluk yang bias menandinginya.
[i]
Atabik Luthfi,Tafsir
Irsyadi(Tadabbur Ayat-Ayat Al-Qur’an Untuk Solusi Diri, Keluarga &Umat),
(Jakarta : Haqiena Media, 2014). H.137
[ii]
Sofyan, Tafsir Hukum
Tema-Tema Kontroversial. (Tenilo : Mitra Pustaka, 2013). H.67-69
[iii]
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu
Katsir Surah Ali-Imran ayat 26.
0 komentar:
Post a Comment